Kamis, 21 April 2011
SEKELUMIT CERITA DARI BALIK TEGANGNYA PENDUDUKAN ISRAEL
Sebuah cerita epos tentang perjalanan umat manusia di atas muka bumi dalam menjalankan misi suci berjuluk “peace keeper”. Sebuah profesi mulia di tengah tengah perseteruan kedua belah pihak yang saling menutup mata dan telinga. Sebuah peran besar dari luhurnya pemikiran perhimpunan bangsa bangsa sedunia yang terpayungi dalam suatu wadah yang terkenal dengan sebutan UN ( United nation). Sebuah badan terpaksa dilahirkan untuk menengahi konflik berpanjangan di perbatasan Lebanon-israel setelah pecahnya perang di daerah selatan Lebanon. Sebuah badan bernama UNIFIL ( United Nations Interim Force in Lebanon) di mandatkan berdasarkan resolusi dewan keamanan PBB no 425 tanggal 19 maret 1978 dan resolusi no 426 tanggal 19 maret 1978 dengan berbagai wewenang yang masih sangat terbatas. Namun dengan peningkatan eskalasi di tahun 2006 lahirlah resolusi baru dewan keamanan PBB n0 1701 tanggal 11 Agustus 2006 yang memberikan wewenang lebih besar dalam rangka ikut menengahi serta menjamin terjadinya perdamaian di sepanjang perbatasan Israel-lebanon atau terkenal dengan BLUE LINE. Sebagai manisfestasi politik luar negeri Indonesia dan amanat Negara yang salah satunya tercantum sebuah dedikasi untuk ikut serta menciptakan perdamaian dunia di kirimlah pasukan penjaga perdamaian yang di gelari pasukan Garuda XXIII.
Di akhir tahun 2010 dikirimlah kontingen ke lima berurun serta dalam kesatuan besar UNIFIL, kontingen Garuda XXIII E . Sebuah kontingen gabungan sekaligus kesatuan dari tiga matra TNI yang bersinergi melepas semua atribut melebur menjadi suatu kebersamaan “GARUDA”. Sebuah dinamika kehidupan dimulai dari sekian banyak rentetan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan SOP ( standard Operational Procedure) sebagai peace keeper. Sesosok militer yang sengaja melepaskan ego,hati dan perangai sebagai seorang “combatan” menjadi seorang ksatria yang adil menututp mata tanpa merugikan kedua belah pihak yang tengah berseteru. “Not Like easy” semua aturan tindak tanduk dan semua perangai berbalikan dengan jiwa pasukan yang telah terbiasa dan mendarah daging untuk bertempur ( kill or to be killed) . Secara ekstrim jika dibelahpun hati ini semua putih tak ada sedikitpun warna lain dalam hati dan darah ini.
Tugas utama yang kita emban secara kasat mata cukuplah menantang. Sesuai dengan deployment dan organisasi yang di bebankan oleh UNIFIL, tugas yang kita emban cukup simple yaitu mencegah persitegangan di sepanjang perbatasan (Blue Line) serta menjamin tidak adanya lagi pasokan senjata illegal ke daerah perbatasan yang sewaktu waktu bisa disalahgunakan. Tugas tersebut di jabarkan dalam berbagai kegiatan yang diantaranya adalah patroli di seluruh area tanggung jawab sehingga terjamin tidak adanya peningkatan eskalasi khususnya peluncuran roket yang terkadang setiap waktu bisa muncul tanpa terduga. Selain itu dilakukan kegiatan territorial atau terkenal dengan wadah CIMIC. Sebuah kegiatan khas TNI dalam menggalang masyarakat sekitar dengan pendekatan budaya yang relative sama serta pendekatan kemanusiaan lainnya yang bermulti fungsi dalam meredam setiap gejolak yang mungkin bisa terjadi. Karakteristik masyarakat yang sangat reaktif, dapat di ibaratkan sebagai sekam yang aktif membara, dengan sedikit provokasi (pemantik) semua hal bisa dan akan sangat mungkin sekali terjadi.
Musuh yang utama bagi kita sebenarnya berasal dari dalam sendiri ( in side factor) dimana mengubah rutinitas di Indonesia yang sebegitu berbeda dengan kegiatan rutin yang ada. Terutama di tambah factor cuaca ekstrem yang sangat berbeda terkait perbedaan musim antara tropis dan kawasan sub tropis. Perbedaan cuaca ekstrem inilah yang terkadang menghambat jalannya rutinitas jika kita tidak benar benar siap. Namun semua dapat terlewati dengan bekal semangat dan kerja keras atas dasar ketulusan hati menjalankan tugas sekaligus menjaga martabat dan harga diri bangsa di tengah percaturan bangsa bangsa lain di dunia.
Rutinitas yang berputar setiap harinya secara permanen akan membentuk suasana kejenuhan tercipta dengan alaminya. Kondisi kejenuhan itulah yang terkadang dapat menimbulkan “bad effect” pada jalannya tugas. Peran serta jajaran dan kreatifitas setiap personel sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti itu. Aktifitas yang monoton tanpa diselingi sedikit banyak bumbu perubahan akan menghambat jalannya “brain strom” menuju ke suksesan misi.
Rutinitas keseharian di padati oleh jadwal stand by dan kesiapsiagaan, semua itu terjabarkan dalam serangkaian matrix kegiatan patrol dan kegiatan lain yang saling berterkaitan. Satuan atas dalam wewenang ini adalah UNIFIL menjabarkan serangkaian tugas yang dituangkan pada serangkaian “tasking order’ dan “fragmentasi order”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar