Minggu, 03 Juli 2011
MENINGKATKAN FUNGSI “TERITORIAL” TNI DALAM PERAN PASUKAN PERDAMAIAN PBB
MENINGKATKAN FUNGSI “TERITORIAL” TNI DALAM PERAN PASUKAN PERDAMAIAN PBB
Oleh
Lettu Pnb Ageng Wahyudi
Pasiop Yonmek GARUDA XXIII-E UNIFIL
Pendahuluan
Politik bebas aktif Negara Republik Indonesia yang merupakan penjabaran dari amanat konstitusi yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yaitu “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial “, menghendaki peran serta aktif bangsa ini dalam merespon setiap kejanggalan yang menyangkut masalah perdamaian di muka bumi ini. Peran ini terasa sangat penting di tengah perkembangan dunia yang mulai beralih dari sistem bipolar semenjak selesainya perang dingin menjadi monopolar yang sedikit banyak akan berpangaruh kepada terwujudnya perdamaian abadi di muka bumi ini.
Dalam kondisi yang serba termonopoli tersebut PBB lahir sebagai suatu badan yang di harapkan mampu mewadahi seluruh aspirasi Negara Negara di seluruh dunia tanpa harus terintervensi oleh negara negara super power. Walaupun dalam kenyataan riil di lapangan masih sangat sulit sekali untuk sebuah badan sebesar pbb murni melaksanakan mandatnya. Indonesia sendiri sebagai salah satu anggota PBB mempunyai tanggung jawab untuk aktif dalam setiap kegiatan organisasi dengan tetap berpedoman pada politik bebas aktif. Salah satu langkah konkret yang di lakukan oleh Negara Indonesia segabai jawaban atas resolusi PBB dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia adalah dengan mengirimkan pasukan TNI untuk bergabung dalam misi pasukan perdamaian yang terkenal dengan pasukan GARUDA.
Fungsi Teritorial TNI di daerah misi perdamaian
Salah daerah misi perdamaian yang sekarang sedang menjadi daerah operasi pasukan garuda adalah daerah perbatasan Lebanon selatan dengan Israel. Dengan latar belakang konflik wilayah yang berkepanjangan antara Lebanon dan Israel lahirlah suatu badan internasional yang bernama UNIFIL (United nation interim for Lebanon). Sebuah badan multinasional di bawah dewan keamanan PBB yang merupakan gabungan dari berbagai macam Negara yang bertugas berdasarkan resolusi PBB 1701 pada tahun 2006. Salah satu mandate dari resolusi tersebut adalah “memberikan dukungan untuk membantu menjalani akses kemanusiaan terhadap penduduk sipil dan pengembalian yang aman dan sukarela dari orang orang yang diungsikan” selain tentunya melaksanakan tugas pokok untuk menjaga perdamaian di perbatasan dari segala usaha usaha yang memancing kembali terjadinya permusuhan.
Dari mandat tersebut seluruh kotingen atau Negara pengirim pasukan yang telah di bekali tanggung jawab wilayah masing masing mempunyai kewajiban untuk menjalankan mandate tersebut dengan acuan prosedur yang telah di gariskan secara jelas oleh UNIFIL. Namun dalam pelaksanaanya setiap kontingen memiliki otoritas untuk berkreativitas dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat. Dalam konteks inilah ciri khas setiap Negara di uji dalam usaha pendekatan dengan masyarakat setempat.
UNIFIL sendiri telah membentuk wadah yang khusus membidangi masalah pendekatan tersebut yang disebut CIMIC (civil and military coordination) atau kalau kita terjemahkan sevcara bebas ke pengertian di Indonesia hampir mirip dengan fungsi territorial TNI. Beberapa kegiatan yang sudah menjadi pattern dari prosedur UNIFIL antara lain:
a. Liasing, yang penjabaranya bisa beraneka ragam seperti penyuluhan, kursus singkat, sapai dengan permainan yang langsung masuk ke masyarakat.
b. Nursing, di Indonesia mirip dengan pengobatan gratis namun lebih kepada pro aktif dari kontingen untuk menjemput bola langsung ke rumah rumah yang sebagian besar mereka yang sakit permanen akibat perang seperti kaki tangan,hilang terkena ranjau,luka permanen karena tembakan dsb.
c. Medical assitence, yaitu penyediaan pengobatan gratis dengan pembukaan rumkit lapangan yang siap sedia 24 jam menerima masyarakat yang ingin berobat sampai pada level tertentu yang mampu di lakukan.
Dari pendekatan inilah masyarakat setempat dan kontingen lain melihat peran konkret dari pasukan kita. Nama Negara dalam hal ini sebenarnya menjadi penilaianya, bukan rahasia lagi ekspos media sangatlah gencar di daerah konflik. Penilaian masyarakat terhadap suatu Negara sering diberitakan ke suluruh pelosok negeri,dan oleh UNIFIL sendiri digunakan menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan suatu Negara dalam perannya di misi perdamaian.
Pasukan kita di untungkan dengan iklim budaya bangsa kita yang terbuka dan kekeluargaan yang “mudah” menerima budaya orang asing. Pasukan kita mampu dekat untuk bergaul dengan masyarakat dan berbaur langsung ke dalam budaya masyarakat setempat. Salah satu indikasi yang mudah kita lihat adalah ketika pasukan kita berpapasan dengan masayarakat selalu di sapa dengan slogan “GARUDA” antara kedua belah pihak. Masyarakat ini seakan terdoktrinasi dengan dekatnya pendekatan yang dilakukan oleh pasukan kita.
Namun keberhasilan itu membutuhkan perjalanan yang panjang dan tidak serta merta timbul seketika. Hal itu karena pendekatan yang dilakukan dengan fungsi territorial yang tepat sasaran. Banyak kreativitas yang dilakukan oleh pasukan kita sebagai contoh pendekatan budaya dengan: pertunjukan tarian tradisional sekaligus pembelajaran di sekolah serta tempat public lainnya, kursus computer, kursus bahasa inggris serta pendekatan yang lainya. Kegiatan yang spesifik dan mungkin hanya pasukan kita yang punya adalah “smart car” , sebuah terobosan kegiatan yang berupa mobil pintar dan lebih mirip dengan perpustakaan serta tempat bermain berjalan. Dalam mobil ini berisikan semua buku untuk segala kalangan sebagi sumber ilmu dan juga mainan yang diperuntukan khusus pada segmen anak kecil. Setiap sorenya pada hari hari tertentu mobil ini akan berkeliling dan stand by di tempat tempat public seperti taman,pasar dan tempat bermain.
Dari kegiatan tersebut sering di sisipkan tentang pengetahuan serta promosi bangsa Indonesia. Informasi tentang budaya maupun pariwisata yang tersampiakan lewat brosur,buku atau bahkan visua melaui video. Di sinilah sebenarnya fungsi double yang diemban oleh pasukan kita sedikit banyak terbukti selain sebagai pasukan misi perdamaian sekaligus sebagai duta bangsa yang siap memperkenalkan bangsa Indonesia ke luar.
Keberhasilan yang diraih masih bisa di tingkatkan, dengan pemahaman sebagai duta Negara tentunya instansi lain dapat berurun serta ikut membantu peningkatan kualitas yang telah ada. Sebagai contoh alat kesenian, perlengkapan tarian yang perlu peremajaan serta penganeka ragaman. Paket promosi pariwisata yang perlu update dan diperbanyak, sarana pembelajaran seperti computer dan paket bahasa inggris yang perlu peningkatan.
Kendala tersebut bisa teratasi dan terwadahi jika seluruh instansi berperan serta sesuai dengan bidangnya masing masing dan mempunyai kesamaan visi bahwa pasukan GARUDA bukan sekedar pasukan penjaga perdamaian namun juga sebagi duta bangsa yang membawa misi bangsa untuk memperkenalkan bangsa Indonesia di kancah percaturan Negara lain di dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bagus banget tulisannya,bravo mas,bravo pasukan Garuda anissa.ica22@yahoo.com
BalasHapus